Purwokerto - Info Banyumas. Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten Banyumas kembali menghadirkan cerita membanggakan. Ajang tahunan yang bertujuan melestarikan bahasa daerah ini menjadi wadah bagi para siswa untuk menunjukkan bakat dan kreativitasnya. Salah satu prestasi membanggakan datang dari Seril Rizkita Rahmadani, siswi Sekolah Dasar Negeri 6 Lumbir yang berhasil meraih Juara 3 dalam kategori Ndagel Ijen atau lawakan tunggal.
Seril, yang dikenal di sekolahnya sebagai siswi penuh keceriaan, tampil memukau dengan gaya humor khas anak Banyumas. Keberhasilannya tidak hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga membawa harum nama sekolah. Dengan modal hobi ngelawak sejak kecil, Seril mampu mengolah bahan lawakan sederhana menjadi tontonan yang menghibur sekaligus edukatif.
Lomba Ndagel Ijen dalam FTBI ini memang menjadi salah satu kategori yang paling diminati penonton. Hal tersebut karena penampilan peserta selalu menyajikan kelucuan yang segar. Seril termasuk salah satu peserta yang berhasil mencuri perhatian dewan juri dengan gaya ekspresif dan materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Kepala Sekolah SD Negeri 6 Lumbir tempat Seril belajar, Tiswan, S.Pd., menyampaikan rasa bangga atas capaian siswinya. Ia menegaskan bahwa prestasi ini merupakan hasil kerja keras, bakat alami, dan dukungan penuh dari para guru.
"Seril memang anak yang supel dan punya bakat ngelawak sejak lama. Kami sangat bangga dengan pencapaiannya," ujarnya.
Di balik keberhasilan Seril, ada peran besar sang guru pembimbing, Eka Sri Hartati. Beliau dengan sabar melatih Seril dalam menyiapkan materi, intonasi, serta penguasaan panggung. Eka mengaku bahwa melatih anak untuk tampil dalam lomba lawakan tunggal bukan perkara mudah, karena butuh keberanian sekaligus kecerdasan dalam mengolah bahasa.
Menurut Eka, kunci sukses Seril adalah keberaniannya tampil percaya diri di depan banyak orang.
"Seril bisa membawakan cerita dengan gaya natural, sehingga penonton merasa dekat dengan apa yang dia sampaikan," jelas Eka. Ia berharap prestasi ini menjadi motivasi bagi siswa lain untuk berani mengekspresikan diri.
Penampilan Seril juga mendapat apresiasi dari para penonton yang hadir. Dengan logat Banyumasan yang kental, ia mampu menghadirkan tawa tanpa kehilangan esensi penggunaan bahasa ibu. Hal ini sejalan dengan tujuan FTBI, yakni melestarikan bahasa daerah agar tetap hidup di tengah perkembangan zaman.
Bagi Seril, pengalaman ini bukan hanya tentang memenangkan lomba, tetapi juga belajar menghargai bahasa dan budaya sendiri. Ia merasa bangga dapat membawa pulang prestasi yang tidak hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk sekolah, guru, dan keluarganya.
"Saya senang sekali bisa juara. Semoga ke depan bisa lebih baik lagi," ungkapnya penuh semangat.
Prestasi Seril semakin menegaskan bahwa seni humor memiliki tempat penting dalam dunia pendidikan. Melalui lawakan, siswa tidak hanya belajar menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral dengan cara yang ringan. FTBI pun menjadi ajang yang tepat untuk menumbuhkan bakat semacam ini.
Selain itu, keberhasilan Seril menjadi bukti bahwa dukungan lingkungan sekolah berperan besar dalam tumbuh kembang anak. Kepala sekolah, guru, hingga teman-teman memberikan semangat, sehingga Seril tampil dengan percaya diri. Kolaborasi antara siswa, guru, dan sekolah inilah yang akhirnya membuahkan hasil manis.
Ajang FTBI tingkat Kabupaten Banyumas tahun ini memang menghadirkan banyak cerita inspiratif. Salah satunya adalah kisah Seril yang mampu menjadikan hobinya sebagai jalan prestasi. Hobi ngelawak yang awalnya hanya dilakukan bersama teman-teman kini membawanya berdiri di panggung kehormatan.
Prestasi Juara 3 ini tentu bukan akhir dari perjalanan Seril. Sebaliknya, ini adalah langkah awal untuk mengembangkan bakatnya lebih jauh. Baik sekolah maupun keluarga siap terus memberikan dukungan agar ia semakin berani berkarya.
Dengan semangat melestarikan bahasa ibu, prestasi Seril Rizkita Rahmadani diharapkan menjadi inspirasi bagi siswa lain. FTBI tidak hanya soal lomba, tetapi juga tentang menumbuhkan cinta pada bahasa dan budaya daerah. Dari panggung Ndagel Ijen, Seril telah menunjukkan bahwa bahasa ibu bisa menjadi sumber tawa, karya, sekaligus prestasi.
Kontributor : Pria & Rusiyati
Posting Komentar