Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) pada siswa sekolah dasar sangat penting untuk membentuk pemahaman dan karakter sejak dini. Salah satu materi yang relevan untuk siswa di fase C (kelas 5 dan 6) adalah tentang ekspor, terutama yang berkaitan dengan keberlimpahan sumber daya alam di Indonesia. Materi ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang ekonomi saja, tetapi juga menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah air dan kesiapan generasi muda dalam menyongsong Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia diharapkan menjadi negara maju dengan daya saing global.
Dalam Surat Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 046/H/KR/2025 tanggal 16 Juli 2025, capaian pembelajaran fase C untuk kelas 5 dan 6 sekolah dasar menekankan agar siswa memahami kegiatan ekonomi masyarakat, termasuk mengkategorikan ekspor yang menjanjikan dari sumber daya alam Indonesia. Melalui materi ini, siswa diajak mengenal ekspor tidak hanya dalam bentuk teori, tetapi juga langsung mengaitkannya dengan potensi nyata di sekitar mereka.
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang tersebar di berbagai daerah. Namun, tanpa pemahaman dan pengelolaan yang baik dari generasi penerus, kekayaan ini tidak bisa dimanfaatkan secara optimal. Materi ekspor dalam IPAS memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami komoditas unggulan Indonesia seperti kopi, kelapa sawit, kakao, dan rempah-rempah yang sudah menjadi produk ekspor utama negara. Sebagai contoh, kopi robusta dan arabika dari daerah Aceh, Sumatera Barat, dan Papua sudah dikenal di pasar dunia karena kualitasnya. Dengan mengenalkan hal ini, siswa tidak hanya mengetahui fakta, tapi juga memahami peran petani kopi dalam perekonomian nasional dan dampak sosialnya. Begitu pula dengan kelapa sawit, yang menjadi salah satu komoditas ekspor terbesar Indonesia, siswa diajarkan pentingnya pengelolaan berkelanjutan supaya produksi minyak sawit tidak merusak lingkungan.
Kakao dari Sulawesi juga merupakan bahan baku cokelat yang bernilai tinggi di pasar dunia. Siswa mempelajari proses produksi kakao dan pentingnya inovasi untuk menjaga kualitas dan keberlanjutan. Selain itu, rempah-rempah seperti cengkeh, pala, dan kayu manis yang merupakan warisan budaya Indonesia, tetap diminati pasar global dan harus dijaga kelestariannya.
Pendekatan pembelajaran IPAS dengan materi ekspor harus humanis dan aktif. Siswa diajak untuk mengaitkan ilmu dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari, misalnya dengan mengobservasi produk lokal yang berpotensi untuk diekspor. Cara ini menjadikan pembelajaran bermakna dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kekayaan alam dan sosial. Selain menambah wawasan, materi ekspor juga menyiapkan mental kewirausahaan siswa. Dengan memahami produk ekspor dan pasar internasional, mereka didorong untuk berpikir kreatif dan menciptakan produk yang bernilai tambah. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan nasional untuk mencetak generasi mandiri dan kompetitif.
Selain itu, materi ini juga penting dalam menghadapi era globalisasi dan digital yang menuntut adaptasi cepat. Anak-anak yang memahami aktivitas ekonomi dan ekspor akan siap menghadapi tantangan dengan inovasi dan keterampilan yang mereka miliki. Salah satu poin penting yang juga diajarkan adalah pelestarian lingkungan. Siswa dibimbing untuk memahami bahwa kemajuan ekonomi harus seimbang dengan menjaga kelestarian alam agar sumber daya dapat dimanfaatkan berkelanjutan. Sikap peduli lingkungan seperti ini menjadi modal awal yang sangat penting.
Pembelajaran materi ekspor dalam IPAS berkontribusi besar dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dengan wawasan dan karakter yang baik, generasi muda akan siap menghadapi dan membawa kemajuan bagi bangsa. Mereka akan dapat memaksimalkan potensi nasional sekaligus menjaga keberlangsungan sumber daya untuk kesejahteraan jangka panjang. Visi Indonesia Emas 2045 membutuhkan dasar pendidikan kuat yang sudah dimulai sejak di bangku sekolah dasar. Materi ekspor yang terintegrasi dalam kurikulum membantu membentuk generasi yang memahami keunggulan nasional dan mampu mengelola serta mengembangkannya secara kreatif dan bertanggung jawab.
Menanamkan pengetahuan tentang produk ekspor unggulan seperti kopi, kelapa sawit, kakao, dan rempah-rempah sejak dini membuat siswa bangga dan tergerak untuk menjaga kekayaan negara. Bersama dengan kemampuan berpikir kritis dan kewirausahaan, mereka siap menjadi pemimpin masa depan yang mampu membawa Indonesia maju.
Contoh aktivitas pembelajaran yang bisa diterapkan sebagai langkah nyata agar materi disajikan sesuai dengan prinsip pendekatan pembelajaran mendalam (mindful, meaningful dan, joyful) yaitu :
1. Observasi Produk Lokal.
Siswa diminta untuk memperhatikan berbagai hasil sumber daya alam yang ada di lingkungan sekitarnya. Mereka kemudian diajak berdiskusi mengenai kemungkinan sumber daya tersebut untuk diekspor ke luar negeri. Aktivitas ini mendorong siswa lebih memahami kekayaan alam yang dimiliki daerah mereka. Selain itu, kegiatan ini menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pemanfaatan sumber daya secara optimal. Dengan demikian, siswa dapat mengaitkan pembelajaran teori di kelas dengan kondisi nyata di lapangan.
2. Peta Sumber Daya Alam
Siswa diberi tugas untuk menggambar peta sederhana yang menunjukkan wilayah penghasil komoditas ekspor di Indonesia. Peta tersebut menampilkan lokasi-lokasi penting yang berkontribusi terhadap perdagangan luar negeri. Melalui kegiatan ini, siswa dapat melihat keterkaitan antara letak geografis dan potensi ekonomi suatu daerah. Pendekatan visual ini membantu mereka lebih mudah memahami materi. Hasilnya, siswa memperoleh gambaran yang lebih konkret mengenai distribusi komoditas ekspor di Indonesia.
3. Simulasi Pasar Ekspor.
Siswa terlibat dalam sebuah simulasi dengan berperan sebagai eksportir dan pembeli dari luar negeri. Permainan ini dirancang untuk meniru proses transaksi di pasar global. Melalui peran tersebut, siswa belajar tentang mekanisme ekspor-impor secara interaktif. Kegiatan ini membantu mereka memahami dinamika dan tantangan dalam perdagangan internasional. Dengan pendekatan bermain peran, pembelajaran tentang pasar dunia menjadi lebih menarik dan mudah dipahami.
4. Proyek Kewirausahaan
Siswa diajak menciptakan produk sederhana dari bahan-bahan lokal yang berpotensi dijual ke pasar internasional. Kegiatan ini mendorong mereka untuk mengembangkan ide kreatif dalam memanfaatkan sumber daya di sekitar. Melalui proyek tersebut, peserta didik belajar mengenal nilai ekonomi dari bahan lokal yang diolah dengan inovatif. Proses pembuatan produk juga menumbuhkan semangat wirausaha sejak dini pada diri siswa. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga membentuk karakter kewirausahaan yang siap bersaing secara global.
Pembelajaran IPAS ini tidak hanya menambah wawasan siswa saja, tetapi juga menumbuhkan semangat kewirausahaan, serta kecintaan terhadap bangsa Indonesia. Proses belajar ini membantu siswa memahami nilai-nilai kebangsaan melalui konteks nyata perdagangan global. Nilai-nilai yang tertanam sejak dini akan menjadi modal penting dalam menghadapi tantangan di masa depan. Dengan demikian, pendidikan ini berperan strategis dalam menyiapkan generasi emas Indonesia menuju kejayaan tahun 2045.
Oleh :
Candra Septo Rinoaji, S.Pd., M.Pd
Kepala SDN 1 Kediri, Banyumas
Posting Komentar