Varian JN.1, yang merupakan turunan dari BA.2.86, telah masuk ke Indonesia dan mendapat perhatian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mengingatkan bahwa virus COVID terus berkembang dan menyebar di seluruh dunia.
Maria Van Kerkhove, salah satu petinggi WHO, menjelaskan bahwa COVID-19 saat ini tengah mengalami peningkatan kasus. Dia menyoroti bahwa varian SARS-CoV-2 terus berubah dan menyebar di banyak negara, termasuk melalui varian terbaru seperti JN.1.
"Dan ini lagi-lagi disebabkan oleh sejumlah faktor. Yakni virus SARS-CoV-2 berevolusi, berubah, dan beredar di semua negara," kata Maria dalam unggahan video di Instagram WHO pada Senin, 18 Desember 2023.
Varian JN.1, sebagai sub-keturunan dari BA.2.86 dan bagian dari keluarga virus XBB yang dominan, telah mencapai 68 persen dari total kasus global. Maria menekankan bahwa JN.1 menyebabkan rentang infeksi dari tanpa gejala hingga kasus parah dan kematian, serupa dengan varian Omicron lainnya
Maria juga mengingatkan bahwa selain COVID-19, ada penyakit lain seperti influenza dan patogen lainnya yang ikut beredar, terutama dengan masuknya musim dingin di beberapa negara. Situasi ini dapat memicu penyebaran patogen melalui udara, terutama di lingkungan tertutup.
"Di beberapa negara, kita memiliki subgalur XBB ini, dan mereka mewakili sekitar 68 persen atau lebih dari sekuens yang dibagikan secara global," ujar Maria.
"Pengelompokan lainnya adalah BA.2.86, terutama Covid Varian JN.1 yang menyebabkan spektrum penuh, mulai dari infeksi tanpa gejala. Hingga penyakit parah dan kematian, mirip dengan apa yang telah kita lihat dengan subgalur Omicron lainnya," dia menambahkan.
Dalam menghadapi varian JN.1, Maria mendorong orang untuk mendapatkan vaksin COVID-19 sebagai perlindungan. Dia menekankan bahwa vaksinasi dapat membantu mencegah penyakit parah dan kematian, termasuk terhadap varian seperti JN.1.
Data terbaru WHO per 13 Desember 2023 menunjukkan peningkatan varian BA.2.86 beserta turunannya, termasuk JN.1 yang memiliki satu mutasi tambahan pada protein lonjakan dibandingkan BA.2.86.
Para ahli, seperti William Schaffner dari Vanderbilt University School of Medicine dan Andy Pekosz dari University of Bloomberg School of Public Health, menyatakan bahwa gejala varian JN.1 tidak jauh berbeda dengan varian Omicron lainnya. Gejalanya meliputi demam, batuk, sesak napas, kelelahan, dan gejala umum lain seperti yang diidentifikasi oleh CDC Amerika.
Sumber: liputan6.com
Posting Komentar