SDN 1 Kediri Gaungkan Revolusi Anti-Bullying: Polisi Jadi Kawan, Bukan Momok!


Karanglewas, Banyumas — Pada Selasa, 15 Juli 2025, SDN 1 Kediri Korwilcam Dindik Karanglewas Kabupaten Banyumas mengguncang awal tahun ajaran baru dengan sebuah terobosan luar biasa! Dalam rangkaian kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), sekolah ini menggelar program kolaboratif yang mengangkat tema "Polisi Sahabat Anak: Hentikan Perundungan!"—sebuah langkah nyata yang menandai babak baru dalam menciptakan lingkungan belajar yang bebas dari rasa takut.


Tak sekadar seremoni, program ini dikukuhkan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Kepala SDN 1 Kediri, Candra Septo Rinoaji, S.Pd., M.Pd., dan Kapolsek Karanglewas, AKP Sutardiyana, S.H., menandai komitmen tegas dua institusi untuk melindungi hak anak atas pendidikan yang aman dan bermartabat.


Sebagai ujung tombak edukasi lapangan, hadir AIPDA Hermawan Eko Waluyo, Bhabinkamtibmas Desa Kediri, yang membawakan materi sosialisasi dengan gaya interaktif dan menggugah kesadaran siswa. Ia menjelaskan bahwa bullying bukanlah sekadar candaan, tapi bentuk kekerasan yang dapat menghancurkan mental dan masa depan anak.


“Memukul teman, mengejek secara verbal, hingga mengisolasi dari pergaulan—itu semua adalah wajah nyata bullying. Dan kita harus bersatu untuk menghentikannya,” tegas AIPDA Hermawan di hadapan ratusan siswa yang menyimak dengan penuh perhatian.


Ia juga membedah akar dari perilaku kejam ini—mulai dari tekanan sosial, pengalaman pribadi yang kelam, hingga ilusi merasa lebih unggul. Namun yang lebih penting, ia membekali siswa dengan strategi cerdas untuk keluar dari lingkaran kekerasan: berani bicara, menjauh dari lingkungan toksik, dan membangun solidaritas positif.


Fakta mencengangkan turut diungkap: 160 siswa di Indonesia membolos karena takut dibully, dan 90% siswa dari kelas 4 hingga 11 pernah mengalami perundungan. Angka ini menjadi alarm keras bahwa tindakan nyata harus segera dilakukan.


Kepala SDN 1 Kediri, Candra Septo Rinoaji, S.Pd., M.Pd. dengan lantang menyatakan bahwa sosialisasi ini bukan sekadar rutinitas MPLS, tapi gerakan moral yang menyuarakan keamanan dan keberanian bagi setiap anak.


“Dulu anak-anak takut pada polisi. Hari ini, mereka tahu bahwa polisi adalah sahabat yang melindungi. Mereka tak lagi diam ketika melihat teman dibully. Ini lompatan besar dalam membangun sekolah sebagai ruang yang sehat secara psikis dan sosial,” ujar Candra penuh optimisme.


Kegiatan ini tidak hanya menyuarakan penolakan terhadap bullying, tapi juga menanamkan nilai-nilai luhur: berani bersuara, berani melindungi, dan berani menolak kekerasan. Para siswa diajak menjadi pelindung, bukan penonton, dalam menghadapi perundungan. Mereka kini paham bahwa keberanian sejati bukan soal kekuatan fisik, tetapi kekuatan hati untuk peduli dan melawan ketidakadilan.


Pesan kuat yang dibawa para siswa dari kegiatan ini sungguh menyentuh:

"Berani Bersahabat, Berani Melindungi, Berani Menghentikan Bullying!"


Inisiatif inspiratif ini diharapkan bisa menjadi role model nasional, memicu semangat sekolah lain untuk menjadikan kerja sama dengan kepolisian sebagai benteng pertahanan terhadap perundungan.


“Kami ingin sekolah menjadi tempat di mana setiap anak merasa diterima, aman, dan dicintai. Itu semua bisa dimulai dari satu hal sederhana: saling menghargai,” tutup AIPDA Hermawan dengan penuh harap.


Kontributor: Candra Septo Rinoaji, S.Pd., M.Pd.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama