PURWOKERTO, INFO BANYUMAS | Kamis, 5 Juni 2025 – Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas menggelar bedah buku budaya Banyumasan di Gedung Gurinda Sarwa Mandala. Kegiatan yang dihadiri Pengawas Dinas Pendidikan, kepala sekolah, dan perwakilan guru se-Kabupaten Banyumas tersebut bertujuan memperkaya muatan lokal budaya dalam kurikulum pendidikan dasar. Fokus utama bedah buku ini adalah menggali nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam budaya Banyumasan, khususnya melalui tokoh pewayangan.
Bedah buku tersebut dirancang untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kekayaan budaya Banyumasan kepada para pendidik. Para peserta diharapkan dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam proses pembelajaran di sekolah, sehingga siswa dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya leluhur.
Salah satu pemateri, Sungging Suharto, Budayawan menjelaskan filosofi tokoh pewayangan Bawor. Ia menekankan makna
"di balik gestur tangan Bawor yang “nggegem” atau menggenggam. “'Ngegem' atau 'gemi nestiti ngatiati' dalam bahasa Jawa, mengajarkan kita tentang kehati-hatian dan pertimbangan matang sebelum bertindak,” jelas Suharto.
Suharto juga membahas kontroversi penggunaan Bawor sebagai simbol Banyumas.
“Meskipun ada yang kurang setuju, kita perlu memahami bahwa kesatriaan tidak dilihat dari sosoknya, tetapi dari jiwanya,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa setiap orang berpotensi menjadi pemimpin atau pahlawan, seperti banyak pahlawan yang telah lahir dari Banyumas.
“Banyak budaya Banyumas yang mengandung nilai-nilai luhur yang patut dilestarikan,” lanjut Suharto.
Ia menyatakan dukungan penuhnya terhadap bimbingan teknis (bimtek) penguatan muatan lokal budaya Banyumasan di Dinas Pendidikan Banyumas. Suharto berharap kegiatan tersebut dapat menginspirasi para pendidik untuk lebih kreatif dalam menyampaikan nilai-nilai budaya Banyumasan kepada siswa.
Pentingnya integrasi nilai-nilai budaya lokal dalam pendidikan juga ditegaskan oleh pemateri lainnya, Eko Purnomo, S.Pd.
“Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman, keterampilan, dan kompetensi para pendidik dalam mengintegrasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai budaya lokal Banyumasan ke dalam proses pembelajaran di sekolah,” ujarnya.
Eko Purnomo menekankan pentingnya peran pendidik dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa melalui pemahaman budaya lokal. Ia berharap, para guru dapat mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif dan menarik agar siswa lebih antusias mempelajari budaya Banyumasan.
Para peserta bedah buku tampak antusias mengikuti sesi diskusi dan tanya jawab. Mereka aktif berpartisipasi, mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman terkait implementasi muatan lokal budaya Banyumasan di sekolah masing-masing.
Melalui pendekatan yang inovatif dan partisipatif, diharapkan program penguatan muatan lokal budaya Banyumasan ini dapat berjalan dengan sukses. Para pendidik diharapkan mampu mentransformasikan nilai-nilai luhur budaya Banyumasan kepada siswa, sehingga tercipta generasi muda yang berkarakter dan berwawasan luas.
Keberhasilan program tersebut akan berdampak positif pada perkembangan pendidikan di Kabupaten Banyumas. Generasi muda yang memahami dan mengapresiasi budaya lokal akan memiliki rasa kebanggaan dan cinta terhadap daerahnya.
Penguatan muatan lokal budaya Banyumasan juga diharapkan dapat memperkuat identitas daerah dan melestarikan warisan budaya leluhur. Dengan demikian, budaya Banyumasan akan tetap lestari dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Program terebut merupakan langkah strategis dalam membangun karakter bangsa melalui pendidikan. Pendidikan karakter yang berakar pada nilai-nilai budaya lokal akan membentuk generasi muda yang memiliki integritas, disiplin, dan tanggung jawab.
Dengan adanya dukungan penuh dari pemerintah, diharapkan program tersebut dapat berjalan secara optimal dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penguatan muatan lokal budaya Banyumasan akan menjadi salah satu pilar penting dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Banyumasan.
Melalui kegiatan bedah buku, para peserta diharapkan mampu mengimplementasikan materi yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran di sekolah. Mereka juga diharapkan mampu menjadi agen perubahan dalam melestarikan dan mengembangkan budaya Banyumasan.
Posting Komentar