LUMBIR - INFO BANYUMAS. Seperti tunas yang disiram hujan pertama di musim kemarau, semangat ratusan siswa dasar di Kecamatan Lumbir tumbuh subur dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) 2025. Kegiatan ini berlangsung meriah pada Rabu, 3 September 2025 di halaman SDN 1 Parungkamal.
Sugino, selaku Ketua Panitia Kegiatan, menyampaikan bahwa FTBI tahun ini diikuti oleh 476 peserta, terdiri dari 238 siswa putra dan 238 siswa putri dari 34 sekolah dasar se-Kecamatan Lumbir. “Ada tujuh cabang lomba yang kami selenggarakan tahun ini,” ujarnya saat memberi pengarahan pembukaan.
Bagaikan lukisan budaya yang digoreskan di atas kanvas generasi muda, FTBI menjadi wadah penting untuk melestarikan bahasa ibu di tengah arus modernisasi. Setiap cabang lomba, mulai dari nulis cerkak hingga ndhagel ijen, menghadirkan pentas ekspresi yang tidak hanya menghibur, tapi juga mendidik.
“Tujuan utama kegiatan ini adalah memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri melalui karya-karya yang kreatif dan inovatif, tentu tetap menjunjung tinggi sportivitas,” lanjut Sugino dalam sambutannya di hadapan guru pendamping dan orang tua siswa.
Layaknya menanam pohon dengan akar yang kuat, FTBI bertujuan memperkuat karakter dan budaya bangsa sejak dini. Siswa diajak untuk tidak hanya pandai bicara, tetapi juga fasih dalam menggunakan bahasa ibu yang kaya nilai dan tata krama.
Yusep Kurniawan, salah satu penggagas kegiatan FTBI, menekankan bahwa acara ini bukan sekadar perlombaan, tapi juga misi penyelamatan bahasa ibu. “Dewasa ini sangat jarang anak-anak berbicara menggunakan bahasa Jawa krama dalam keseharian. Melalui FTBI, kami ingin memulainya dari sekolah dasar,” ujarnya.
Lomba demi lomba digelar dengan tertib dan penuh semangat. Dari balik tenda kecil, terdengar suara-suara lantang siswa membawakan sesorah dan geguritan, seolah menggema hingga ke perbukitan Lumbir. Ada yang tampil percaya diri, ada pula yang gemetar namun tetap berani.
Musdianto, salah satu juri lomba baca dan tulis aksara Jawa, mengaku bangga melihat antusiasme para peserta. “Kita sering tidak menyadari bahwa bahasa Jawa punya keistimewaan. Salah satunya adalah aksara sendiri. Saya harap kegiatan ini menambah kecintaan anak-anak terhadap warisan leluhur kita,” tuturnya.
Seperti menanam benih kesadaran dalam jiwa-jiwa muda, kegiatan ini juga menumbuhkan nilai sosial dan kompetitif yang sehat. Anak-anak belajar menang, kalah, dan berani mencoba hal baru yang mungkin belum pernah mereka lakukan sebelumnya.
Salah satu momen haru datang dari Hilmi, siswa SDN 4 Cingebul. Meski hanya menyabet juara harapan tiga dalam lomba maca geguritan, wajahnya berseri saat ditanya kesannya. “Seneng banget bisa ikut. Ini pengalaman pertama lomba FTBI, semoga tahun depan bisa lebih baik,” katanya polos.
Bagai aliran sungai kecil yang mengaliri ladang-ladang kering, FTBI telah membasahi dahaga akan kegiatan seni berbasis budaya lokal di sekolah dasar. Kegiatan ini bukan hanya kompetisi, tetapi juga bentuk penghormatan pada akar identitas bangsa.
Dengan semangat kebersamaan dan harapan akan generasi yang mencintai bahasa ibu, Festival Tunas Bahasa Ibu 2025 Korwilcam Lumbir telah menjadi catatan penting dalam upaya pelestarian budaya sejak dini.
Baca juga : FTBI Korwilcam Pekuncen digelar di GOR Desa Tumiyang
Posting Komentar